Tragedi di Balamoa, Perselisihan Keluarga yang Berujung Maut

pojokSIGI | Desa Balamoa, Kecamatan Dolo Barat, biasanya tenang. Hawa sejuk pegunungan yang melingkupi wilayah ini seolah menjadi pelindung dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Namun, pada 18 Maret 2025, kedamaian itu terusik oleh tragedi memilukan—kasus pembunuhan yang terjadi dalam lingkup keluarga.
Di sebuah sudut desa, IM (38) dan KR (35), dua saudara kandung yang bertumbuh bersama di bawah naungan rumah ibu mereka, terlibat dalam perselisihan panas yang berujung maut. KR menolak keinginan sang kakak untuk membangun rumah di sekitar kediaman ibu mereka, ucapan yang kemudian menyulut amarah.
Dalam hitungan detik, perselisihan itu berubah menjadi konflik brutal—KR melempar batu ke arah IM, yang kemudian membalas dengan tebasan parang ke leher dan punggung adiknya. Nyawa KR seketika melayang di tempat yang seharusnya menjadi ruang aman bagi mereka berdua.
Seolah menyadari beratnya perbuatannya, IM melarikan diri menuju wilayah pegunungan Balamoa dan Desa Mantikole, berusaha menghindari jerat hukum. Namun, keadilan bergerak cepat. Pada 27 Mei 2025, setelah dua bulan pengejaran tanpa henti, Tim Resmob Polres Sigi berhasil menangkap IM.
Kapolres Sigi, AKBP Kari Amsah Ritonga menegaskan dalam konferensi pers bahwa hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Kekerasan, bahkan dalam lingkup keluarga, tidak bisa dibiarkan.
“Ini adalah bentuk komitmen kami dalam menegakkan hukum secara profesional dan humanis,” ujar AKBP Kari.
Kasus ini bukan sekadar cerita tentang hukum dan keadilan, tetapi juga peringatan penting bagi masyarakat bahwa konflik keluarga harus diselesaikan dengan komunikasi dan bukan dengan kekerasan.
Kapolres Sigi mengimbau masyarakat agar tidak terpancing emosi, serta mengutamakan dialog dalam menyelesaikan masalah, terutama di antara keluarga. Karena satu tindakan spontan dapat mengubah hidup selamanya—bukan hanya bagi pelaku, tetapi juga bagi orang-orang yang ditinggalkan.
Dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara sesuai Pasal 338 KUHP, masa depan IM kini tergantung pada proses hukum yang berjalan.
Namun, yang lebih penting dari hukuman adalah pelajaran besar yang bisa diambil dari tragedi ini—bahwa kemarahan, jika tidak dikendalikan, dapat menghilangkan nyawa orang yang seharusnya paling dekat dengan kita. (bmz)