Palu Menuju Kota Hijau: Pencanangan 1000 Biopori untuk Masa Depan Berkelanjutan

Langit sore di Kelurahan Ujuna, Palu Barat, terlihat cerah ketika sekelompok warga dan pejabat pemerintah berkumpul dengan penuh semangat. Mereka datang bukan untuk sekadar menyaksikan sebuah seremoni, melainkan menjadi bagian dari sebuah gerakan penting: pencanangan 1000 biopori, sebuah langkah strategis Pemerintah Kota Palu dalam mengatasi tantangan lingkungan dan menghidupkan kembali keseimbangan ekosistem.
Di tengah hiruk-pikuk aktivitasnya, Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Muhammad Arif, dan Camat Palu Barat, Khomaeni, berdiri di barisan depan. Dengan cangkul di tangan, mereka bersiap melakukan simbolisasi pembuatan lubang biopori, sebagai langkah nyata menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
“Lingkungan adalah rumah kita bersama. Kesejahteraan manusia sangat bergantung pada bagaimana kita mengelola dan menjaga keseimbangan ekosistem ini,” ujar Wali Kota Hadianto dalam sambutannya. Ucapannya menggema di antara para peserta, yang terdiri dari tokoh masyarakat, lurah, serta warga yang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan.
Biopori, lubang kecil yang dibuat di dalam tanah untuk meningkatkan resapan air, bukan sekadar proyek infrastruktur biasa. Inisiatif ini merupakan bagian dari 35 program prioritas Pemerintah Kota Palu, yang berkomitmen menjaga keseimbangan ekologi sekaligus mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang kian nyata. Dari meningkatnya volume sampah, pencemaran air dan udara, hingga ancaman banjir akibat minimnya daerah resapan, semua menjadi tantangan yang harus segera dijawab dengan aksi nyata.
“Kami ingin membangun kesadaran kolektif. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat harus terlibat aktif. Karena jika lingkungan kita baik, maka kehidupan kita pun akan lebih nyaman,” tambahnya.
Komitmen ini tidak berhenti pada pencanangan 1000 biopori di Kelurahan Ujuna. Program ini dirancang untuk menjangkau seluruh kelurahan di Kota Palu secara bertahap. Setiap warga didorong untuk ikut serta dalam gerakan ini, menanam biopori di halaman rumah, pekarangan, atau ruang publik yang memungkinkan. Pemerintah juga berencana memberikan penghargaan bagi kelurahan yang berhasil mengoptimalkan program ini, sebagai bentuk apresiasi atas upaya bersama dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Palu Green City, visi besar yang ingin dicapai, dimulai dari langkah kecil yang berkelanjutan. Lubang-lubang biopori yang kini mulai dibuat bukan hanya sekadar proyek fisik, melainkan simbol kebersamaan, kepedulian, dan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam.
Saat Wali Kota menancapkan cangkul ke tanah dan membuat lubang biopori pertama, tepuk tangan menggema. Sebuah gerakan telah dimulai. Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk generasi mendatang yang akan merasakan manfaat dari lingkungan yang lebih sehat dan lestari. (bmz)