Idul Adha Minim Sampah: DLH Palu Memahat Kesadaran Lingkungan di Hari Kurban

Wadah kurban dengan memanfaatkan daun besek untuk mengurangi sampah plastik. (Foto: Antara/Syaiful Arif)
Wadah kurban dengan memanfaatkan daun besek untuk mengurangi sampah plastik. (Foto: Antara/Syaiful Arif)

pojokPALU | Jumat, 6 Juni 2025 tak hanya akan menjadi saksi jutaan umat Muslim merayakan Hari Raya Idul Adha dengan penuh syukur dan keikhlasan berkurban. Di Kota Palu, momentum sakral ini juga diwarnai sebuah panggilan penting dari alam: ajakan untuk berkurban, tidak hanya hewan ternak, tetapi juga kebiasaan buruk yang merusak bumi—khususnya penggunaan sampah plastik.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu tampil di garis depan, menggaungkan seruan untuk merayakan Idul Adha dengan “minim sampah plastik.”

Imbauan ini bukan sekadar inisiatif lokal yang berdiri sendiri. Sekretaris DLH Kota Palu, Ibnu Mundzir, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan gema dari kebijakan nasional, sejalan dengan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup RI Nomor 04 Tahun 2025. Sebuah langkah progresif yang menandakan bahwa kesadaran lingkungan telah meresap hingga ke tingkat perayaan keagamaan terbesar, menegaskan bahwa iman dan kelestarian alam adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Dari Kantong Plastik ke Bungkus Ramah Bumi

Bayangan tumpukan kantong plastik hitam berisi daging kurban yang berserakan pasca-Idul Adha adalah pemandangan yang familiar. Namun, tahun ini, DLH Kota Palu mengajak untuk bergeser dari kebiasaan tersebut. Imbauan utama yang digaungkan adalah menghindari penggunaan kantong plastik sekali pakai dalam pembagian daging kurban.

Ini adalah ajakan revolusioner yang mendasar, menuntut perubahan perilaku yang telah mengakar. Sebagai gantinya, masyarakat didorong untuk kembali ke kearifan lokal dan inovasi ramah lingkungan: gunakan wadah alternatif yang bisa dipakai ulang, seperti daun pisang, wadah anyaman bambu, atau bahan lain yang ramah lingkungan.

  • Daun Pisang: Simbol kesederhanaan dan kearifan lokal. Daun pisang tidak hanya mudah didapatkan, tetapi juga memiliki aroma khas yang dapat menambah cita rasa daging kurban, serta tentu saja, mudah terurai di alam. Ini adalah solusi zero-waste yang telah ada sejak nenek moyang kita.
  • Wadah Anyaman Bambu: Menawarkan kekuatan dan kesan tradisional, wadah ini bisa digunakan berulang kali dan mendukung kerajinan lokal.
  • Wadah Bahan Lain yang Ramah Lingkungan: Ini membuka ruang inovasi, mulai dari besek bambu, wadah makan plastik reusable, hingga kotak kertas daur ulang yang dilapisi bahan food-grade.

Pilihan-pilihan ini bukan sekadar alternatif; mereka adalah pesan kuat tentang bagaimana kita bisa kembali harmonis dengan alam, mengurangi jejak karbon, dan menekan volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, atau lebih parahnya, mencemari sungai dan lautan.

Manajemen Sampah yang Sistematis

Imbauan DLH Kota Palu tidak berhenti pada wadah pembungkus. Lebih jauh, mereka mendorong sebuah sistem pengelolaan sampah yang terstruktur di lokasi-lokasi krusial:

  • Penyediaan Tempat Sampah Terpilah: Di lokasi shalat Idul Adha dan titik-titik pembagian daging kurban, akan disiapkan tempat sampah terpilah untuk organik dan anorganik. Ini adalah edukasi visual yang langsung mengajak masyarakat untuk membiasakan diri memilah sampah dari sumbernya, langkah fundamental dalam pengelolaan limbah. Sampah organik (sisa tulang, lemak, dll.) dapat diolah menjadi kompos, sementara anorganik (seperti botol air mineral yang mungkin masih ada) bisa didaur ulang.
  • Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Teratur: Memastikan sampah tidak menumpuk dan menimbulkan masalah kesehatan serta estetika. Pengangkutan yang teratur akan mengurangi potensi bau dan penyebaran penyakit, menjaga kebersihan lingkungan di hari yang suci.
  • Satuan Tugas Khusus: Pembentukan tim khusus untuk menangani sampah dan memberikan edukasi langsung kepada masyarakat. Kehadiran tim ini akan menjadi agen perubahan di lapangan, menjawab pertanyaan, dan memberikan bimbingan praktis tentang pengurangan limbah plastik, menjadikannya bagian dari sosialisasi berkelanjutan.

Lebih dari Perayaan, Sebuah Transformasi Kesadaran

Imbauan ini merupakan bagian dari upaya DLH Kota Palu untuk mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah secara bertanggung jawab, khususnya pada hari-hari besar keagamaan. Idul Adha, dengan semangat berbagi dan pengorbanan, menjadi momen yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Daging kurban adalah rezeki yang disyukuri, namun cara pendistribusiannya pun harus mencerminkan rasa syukur terhadap bumi yang telah menyediakan sumber daya.

Plastik, yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, telah menjadi ancaman serius bagi ekosistem. Mikroplastik telah ditemukan di mana-mana, dari air minum hingga rantai makanan, berdampak pada kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan perayaan Idul Adha tahun ini akan menjadi lebih ramah lingkungan, sekaligus mengurangi dampak negatif plastik terhadap ekosistem. Ini adalah sebuah evolusi dalam beribadah, di mana kepedulian terhadap sesama manusia juga meluas hingga kepedulian terhadap bumi tempat kita berpijak.

Kota Palu, melalui DLH, tidak hanya ingin merayakan Idul Adha, tetapi juga ingin memahat kesadaran kolektif: bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, memiliki dampak pada lingkungan. Dari sebuah kantong plastik yang terbuang hingga sehelai daun pisang yang membalut daging kurban, semua adalah pilihan yang menentukan masa depan planet ini. (bmz)

 

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *