Dari Hutan Kota Menuju Kebun Raya: Mimpi Hijau Sulawesi Tengah

Warga berjalan menyusuri lorong bunga saat berwisata di Taman Hutan Kota, Palu, Sualwesi Tengah, Minggu (4/9/2022). (©bmzIMAGES/basri marzuki
Warga berjalan menyusuri lorong bunga saat berwisata di Taman Hutan Kota, Palu, Sualwesi Tengah, Minggu (4/9/2022). (©bmzIMAGES/basri marzuki

Bayangkan sebuah hutan kota yang tidak hanya menjadi paru-paru kota, tetapi juga pusat konservasi, edukasi, dan ekowisata yang membanggakan. Itulah visi besar yang kini sedang dirajut Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

Di ruang virtual yang menghubungkan Palu dengan Jakarta, Rabu siang (13/8/2025), sebuah diskusi penting tengah berlangsung. Bukan sekadar rapat biasa, melainkan perbincangan yang bisa mengubah wajah konservasi di Sulawesi Tengah.

Hasim R, Pelaksana Tugas Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Sulteng, duduk serius di hadapan layar komputer, mendengarkan arahan dari konsultan PT Ide Bangsa Mahardika tentang langkah-langkah transformasi hutan kota menjadi kebun raya.

Ketika Hutan Kota Bermimpi Lebih Besar

Ide ini bukan muncul begitu saja. Gubernur Sulawesi Tengah telah memberikan persetujuan berdasarkan telaahan staf yang matang. Tiga arahan strategis mengalir jelas: studi kelayakan lokasi hutan kota, riset komprehensif, dan pelibatan instansi teknis yang relevan.

Tentu tidak ingin setengah-setengah dalam proyek ini. Kebun raya bukan sekadar taman biasa, ini akan menjadi pusat ilmu pengetahuan dan konservasi.

Fahmi dari SmartID, yang bergabung dari Jakarta, menjelaskan bahwa transformasi hutan kota membutuhkan orkestra yang harmonis dari berbagai pihak. Delapan OPD akan berperan layaknya instrumen musik yang saling melengkapi dalam simfoni hijau ini.

Orkestra Delapan OPD: Satu Visi, Banyak Peran

Dinas Lingkungan Hidup akan menjadi konduktor utama, memastikan setiap langkah pembangunan tidak merusak ekosistem yang sudah ada. Mereka akan melakukan kajian mendalam tentang dampak lingkungan dan strategi pelestarian.

Sementara itu, Dinas Kehutanan berperan sebagai penjaga khazanah flora. Mereka akan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk memastikan spesies-spesies langka Sulawesi Tengah mendapat rumah yang layak di kebun raya masa depan.

Bayangkan, pengunjung bisa melihat langsung anggrek hitam Sulawesi atau pohon eboni yang hampir punah, semuanya terawat dengan baik di satu tempat.

Dinas Pertanian dan Perkebunan akan menjadi ahli botani lapangan, mengelola koleksi tumbuhan dan mengembangkan teknik budidaya tanaman endemik. Sementara Dinas PUPR akan menjadi arsitek yang merancang jalur-jalur indah, sistem drainase yang sempurna, dan akses yang ramah pengunjung.

Ekowisata: Ketika Konservasi Bertemu Ekonomi

Dinas Pariwisata melihat peluang emas dalam proyek ini. Kebun raya tidak hanya akan menjadi tempat penelitian, tetapi juga destinasi ekowisata yang menarik. Paket edukatif untuk sekolah-sekolah, wisata keluarga yang mendidik, hingga program penelitian bagi mahasiswa – semuanya bisa dikemas dengan menarik.

Ini akan menjadi bukan sekadar tempat jalan-jalan, tetapi laboratorium alam yang terbuka untuk semua. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan memastikan aspek edukatif benar-benar terasa, membuat setiap kunjungan menjadi pembelajaran berharga.

Dinas PTSP akan memastikan semua perizinan berjalan lancar, termasuk membuka peluang investasi pihak ketiga yang selaras dengan visi konservasi. Sementara Bappeda berperan sebagai dalang di balik layar, mengkoordinasikan seluruh dokumen perencanaan dan penganggaran.

Tahun Pertama: Fondasi untuk Masa Depan

SmartID memberikan roadmap yang jelas untuk tahun pertama. Pembentukan tim inisiasi menjadi langkah awal, diikuti dengan memastikan legalitas lahan hutan kota yang akan ditransformasi. Studi kelayakan mendalam harus dilakukan untuk memastikan proyek ini layak dari segala aspek.

Dokumen perencanaan, naskah akademik, dan rencana induk harus disiapkan dengan matang. Pemerintah Sulteng juga harus mulai menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi dan NGO lingkungan. Yang tak kalah penting adalah menyiapkan skema pendanaan yang sustainable.

Mimpi yang Mulai Terwujud

Dalam layar virtual itu, terlihat sinar harapan di mata para peserta rapat. Transformasi hutan kota menjadi kebun raya bukan lagi sekadar wacana, tetapi rencana konkret dengan tahapan yang jelas.

Hutan kota yang dulu hanya menjadi penyejuk mata kini bermimpi menjadi jantung konservasi, pusat edukasi, dan destinasi ekowisata kebanggaan Sulawesi Tengah. Mimpi hijau yang mulai menampakkan bentuknya. (bmz)

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *