Satu Jam yang Berarti dari Aksi Earth Hour di Palu

Kota Palu bergabung dengan ratusan kota lain di dunia dalam peringatan Earth Hour. Sabtu malam (23/3/2025), lampu-lampu di Hotel Best Western Plus Coco Palu perlahan dipadamkan, meninggalkan cahaya temaram lilin yang membentuk angka “60+”—simbol ajakan untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Dalam keheningan yang penuh makna itu, para tamu undangan mulai berdatangan. Hadir dalam kesempatan ini Asisten II Setdaprov Sulawesi Tengah, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kota Palu, perwakilan Lanal Palu, organisasi Pramuka, serta komunitas pecinta lingkungan. Mereka berkumpul bukan sekadar untuk menyaksikan pemadaman listrik selama satu jam, tetapi juga untuk merayakan komitmen bersama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Satu Jam yang Berarti
Earth Hour kali ini bukan hanya tentang gelapnya ruangan, tetapi juga tentang kesadaran yang semakin terang. Inisiatif yang digagas oleh Perhimpunan Pramuwisata Indonesia (PHI) Palu bersama manajemen Hotel Best Western Plus Coco Palu ini ingin mengingatkan bahwa tindakan kecil, seperti mematikan lampu selama satu jam, bisa memberikan dampak besar jika dilakukan secara kolektif.
Di tengah suasana syahdu, sorot lilin yang berpendar menambah kesan mendalam bagi peserta. Momen ini semakin bermakna dengan hadirnya pertunjukan teaterikal dari anggota Pramuka yang mengusung tema Zero Food Waste. Melalui aksi teatrikal, mereka menggambarkan bagaimana kebiasaan menyisakan makanan berkontribusi terhadap peningkatan limbah dan gas rumah kaca.
“Ambillah makanan sesuai porsi agar tidak tersisa dan menjadi sampah,” seru salah satu peserta teater, mengingatkan bahwa sisa makanan yang terlihat sepele sebenarnya bisa berdampak besar terhadap lingkungan.
Pesan dari Kota Palu untuk Dunia
Ketua PHI Kota Palu, Yudhistira, menegaskan bahwa Earth Hour bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan bagian dari gerakan yang lebih besar dalam upaya melestarikan lingkungan. “Sisa makanan kelihatannya sangat sepele, tapi jika dilakukan secara massal, dampaknya bisa sangat besar,” ujarnya.
Earth Hour sendiri diperingati serentak di 22 negara, termasuk Indonesia. Dengan memadamkan lampu dan peralatan elektronik selama satu jam di Sabtu terakhir bulan Maret, gerakan ini mengajak semua orang untuk lebih sadar akan konsumsi energi. Kota Palu pun memanfaatkan momentum ini tidak hanya untuk menghemat energi, tetapi juga untuk mengajak masyarakat lebih bijak dalam mengelola sampah makanan.
Seiring lampu-lampu kembali menyala pada pukul 22.30 WITA, semangat untuk menjaga bumi tetap menyala di hati para peserta. Malam itu, Kota Palu bukan hanya ikut serta dalam Earth Hour—kota ini juga menyuarakan pesan besar: bahwa setiap tindakan kecil yang dilakukan bersama, bisa membawa perubahan besar bagi dunia. (bmz)