Menembus Sunyi: Perjalanan Sigi Menghubungkan Desa-Desa ke Jaringan Digital

Ilustrasi pembangunan BTS. (©bmzIMAGES/basri marzuki)
Ilustrasi pembangunan BTS. (©bmzIMAGES/basri marzuki)

SIGI, pojokSULTENG | Di banyak sudut Kabupaten Sigi, suara dering telepon atau notifikasi pesan bukanlah hal yang biasa terdengar. Bagi sebagian warga di wilayah pegunungan, sinyal telekomunikasi adalah kemewahan yang hanya bisa dirasakan ketika turun ke pusat kecamatan atau menempuh perjalanan berjam-jam.

Namun, perlahan peta komunikasi Sigi mulai berubah. Pemerintah Kabupaten Sigi mencatat, hingga awal September 2025, sudah ada 44 titik Base Transceiver Station (BTS) yang berdiri dan beroperasi di sembilan kecamatan: Sigi Kota, Palolo, Kulawi, Pipikoro, Sigi Biromaru, Kulawi Selatan, Kinovaro, Marawola Barat, dan Marawola.

“Totalnya ada 50 BTS, tapi lima di antaranya belum bisa diterbitkan izinnya karena masuk kawasan konservasi, dan satu lagi di Desa Sungku masih berupa repeater dengan lahan pinjam pakai,” jelas Bupati Sigi, Moh Rizal Intjenae.

Kesepakatan untuk Menghubungkan

Langkah ini tak lepas dari kerja sama melalui Program Kemitraan Internet Mandiri yang melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pemkab Sigi telah menandatangani perjanjian Pinjam Pakai Lahan (PPL) untuk mendukung pembangunan BTS di lahan milik pemerintah daerah, dengan masa berlaku lima tahun.

Bagi Rizal, ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan investasi sosial. “Semua BTS ini sudah beroperasi, namun belum maksimal. Kami meminta Bakti Komdigi mengoptimalkan seluruh BTS yang ada di Kabupaten Sigi,” ujarnya.

Menyasar Blank Spot

Meski kemajuan sudah terlihat, tantangan masih besar. Dari 16 kecamatan di Sigi, masih ada wilayah pegunungan yang sama sekali belum tersentuh sinyal komunikasi. Di daerah-daerah ini, warga masih mengandalkan pesan titipan atau perjalanan fisik untuk sekadar mengabarkan kabar keluarga.

“Dengan adanya kerja sama ini, persoalan blank spot bisa segera diatasi demi kelancaran komunikasi hingga ke tingkat desa,” kata Rizal.

Dampak Lebih Luas

Pembangunan BTS di Sigi tak hanya memperkuat komunikasi antarwilayah. Rizal menegaskan, langkah ini juga sejalan dengan kebijakan nasional AstaCita Presiden Prabowo Subianto untuk pemerataan akses digital di seluruh Indonesia.

Bagi warga, hadirnya BTS berarti lebih dari sekadar sinyal di layar ponsel. Ia membuka pintu untuk pendidikan jarak jauh, akses layanan kesehatan daring, peluang usaha digital, dan koneksi yang lebih erat dengan dunia luar.

Di tengah lanskap pegunungan yang indah namun menantang, menara-menara BTS kini berdiri sebagai penanda bahwa Sigi sedang menembus sunyi — menghubungkan warganya ke jaringan yang tak lagi mengenal batas jarak. (bmz)

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *